Senin, 30 April 2012

The Man, The Boy, and The Donkey



Suatu hari, ada seorang ayah bersama dengan anaknya beserta seekor keledai, melakukan perjalanan dari kota ke kota. Tibalah mereka di kota A. Sang anak menaiki keledai, sedangkan ayahnya berjalan di sampingnya. Lalu orang–orang berkata, “Dasar anak yang tidak tahu diri, masa ayahnya disuruh jalan kaki.” Lalu mereka pun bertukar posisi dan melanjutkan perjalanan.

Sampailah mereka di kota B, dan orang-orang pun berkata, “Wah-wah… ayah yang kejam, masa anaknya dibiarkan jalan kaki begitu saja." Mereka pun kemudian berhenti dan berpikir sejenak dan akhirnya mereka sepakat menaiki keledai itu bersama-sama.

25 Years of Sir Alex Ferguson's Fairytale



Sir Alex Ferguson mengakui bahwa 25 tahun masa baktinya di Manchester United telah menjadi sebuah dongeng. Fergie merayakan 25 masa baktinya hari ini 6 November 2011 setelah ditunjuk menjadi pelatih tahun 1986 dan bersumpah akan terus melanjutkan pekerjaannya selama kesehatan memungkinkannya.

Never Underestimate The Small Things



Suatu ketika pemilik Mercedez Benz memiliki masalah dengan kran air di kamar mandi di rumahnya. Kran tersebut selalu bocor dan membuat bos besar Marcedez itu khawatir akan keselamatan anaknya yang dapat terpeleset dan jatuh. Mengikuti rekomendasi temannya, Mr. Benz menghubungi tukang ledeng agar memperbaiki kran miliknya.

Akhirnya di buat janji untuk memperbaiki kran tersebut yaitu 2 hari lagi, hal ini di karena si tukang ledeng cukup sibuk. Bahkan tukang ledeng tersebut tidak mengetahui bahwa yang meneleponnya adalah salah satu orang penting yaitu pemilik perusahaan mobil terbesar di Jerman.

Don't Judge People by Their Appearance - The Story



Seorang wanita yang mengenakan gaun pudar menggandeng suaminya yang berpakaian sederhana dan usang, turun dari kereta api di Boston, dan berjalan dengan malu-malu menuju kantor Pimpinan Harvard University.

Mereka meminta janji. Sang sekretaris Universitas langsung mendapat kesan bahwa mereka adalah orang kampung, udik, sehingga tidak mungkin ada urusan di Harvard dan bahkan mungkin tidak pantas berada di Cambridge.

“Kami ingin bertemu Pimpinan Harvard”, kata sang pria lembut.
“Beliau hari ini sibuk,” sahut sang Sekretaris cepat.
“Kami akan menunggu,” jawab sang wanita.

Selama 4 jam sekretaris itu mengabaikan mereka, dengan harapan bahwa pasangan tersebut akhirnya akan patah semangat dan pergi. Tetapi nyatanya tidak. Sang sekretaris mulai frustrasi, dan akhirnya memutuskan untuk melaporkan kepada sang pemimpinnya.

“Mungkin jika Anda menemui mereka selama beberapa menit, mereka akan pergi,” katanya pada sang Pimpinan Harvard. Sang pimpinan menghela nafas dengan geram dan mengangguk. Orang sepenting dia pasti tidak punya waktu untuk mereka. Dan ketika dia melihat dua orang yang mengenakan baju pudar dan pakaian usang di luar kantornya, rasa tidak senangnya sudah muncul.

Sang Pemimpin Harvard, dengan wajah galak menuju pasangan tersebut.
Sang wanita berkata padanya, “Kami memiliki seorang putra yang kuliah tahun pertama di Harvard. Dia sangat menyukai Harvard dan bahagia di sini. Tetapi setahun yang lalu, dia meninggal karena kecelakaan. Kami ingin mendirikan peringatan untuknya, di suatu tempat di kampus ini, bolehkan?” tanyanya, dengan mata yang menjeritkan harap.

Sang Pemimpin Harvard tidak tersentuh, wajahnya bahkan memerah. Dia tampak terkejut. “Nyonya ,Kita tidak bisa mendirikan tugu untuk setiap orang yang masuk Harvard dan meninggal. Kalau kita lakukan itu, tempat ini sudah akan seperti kuburan.”katanya dengan kasar

“Oh, bukan, Kami tidak ingin mendirikan tugu peringatan. Kami ingin memberikan sebuah gedung untuk Harvard.” Sang wanita menjelaskan dengan cepat.

Sang Pemimpin Harvard memutar matanya. Dia menatap sekilas pada baju pudar dan pakaian usang yang mereka kenakan dan berteriak, “Sebuah gedung?! Apakah kalian tahu berapa harga sebuah gedung ?! Kami memiliki lebih dari 7,5 juta dolar hanya untuk bangunan fisik Harvard.”

Untuk beberapa saat sang wanita terdiam. Sang Pemimpin Harvard senang. Mungkin dia bisa terbebas dari mereka sekarang. Sang wanita menoleh pada suaminya dan berkata pelan, “Kalau hanya sebesar itu biaya untuk memulai sebuah universitas, mengapa tidak kita buat sendiri saja?” Suaminya mengangguk. Wajah sang Pemimpin Harvard menampakkan kebingungan.

Mr. dan Mrs. Leland Stanford bangkit dan berjalan pergi, melakukan perjalanan ke Palo Alto, California, di sana mereka mendirikan sebuah Universitas yang menyandang nama mereka, sebuah peringatan untuk seorang anak yang tidak lagi diperdulikan oleh Harvard. Universitas tersebut adalah Stanford University, salah satu universitas favorit kelas atas di Amerika Serikat.

Kita, seperti Pimpinan Harvard itu, seringkali silau oleh baju, dan lalai. Padahal, baju hanya bungkus, apa yang disembunyikannya, kadang sangat tak ternilai. Jadi, "Jangan Menilai Seseorang Dari Bajunya"

Source: pempek nyonya

Changing Habits: The Power of Believing



Kebiasaan adalah bagian besar dari cara kita menjalani hidup kita dan dalam membuat keputusan. Lebih dari empat puluh persen tindakan yang orang lakukan setiap hari adalah kebiasaan, bukan keputusan. Itu hampir setengahnya.

Kebiasaan baik membantu Anda menyimpan daya otak Anda. Anda tidak harus memutuskan atau memikirkan tentang menyikat gigi Anda, Anda hanya melakukannya. Ketika orang yang sedang tertekan atau hidupnya berantakan pada perawatan diri dan kebersihan, mereka tidak memiliki kebiasaan baik ini dan harus menggunakan banyak energi untuk membangun mereka. Itu menjadi sulit.

Tetapi apa yang tampaknya lebih sulit adalah mengubah kebiasaan yang berbahaya bagi kita. Kadang-kadang kebiasaan tidak membantu kita dan kita perlu mengubahnya.

Kebiasaan tampaknya tidak dapat dihapus, mereka harus digantikan. Anda dapat berhenti menggigit kuku, merokok, makan junk food, atau berteriak pada orang-orang yang menantang Anda. Anda dapat belajar untuk menempatkan pakaian kotor pada tempatnya dan menjaga rumah tetap bersih. Anda melakukannya dengan mengganti satu perilaku dengan perilaku yang lain.

Salah satu cara untuk mengubah sebuah kebiasaan adalah dengan tetap mempertahankan tanda dan "hadiah" yang sama, serta memasukkan rutinitas baru. Duhigg menyebutnya sebagai kebiasaan yang berulang. Sebuah contoh dari sebuah kebiasaan yang berulang adalah menonton televisi sambil makan keripik. Tandanya adalah pulang dari kerja atau aktivitas lain. Perilakunya tentu saja memakan keripik dan menonton televisi.