Sabtu, 02 Maret 2013

Tengoklah ke “Dalam” sebelum Bicara


Oleh Sus Woyo
Ada sebuah kisah kecil, ketika saya masih aktif bersama teman-teman di organisasi remaja masjid kampung saya. Namun kisah kecil ini telah menjadi ‘prasasti’ indah dalam kehidupan saya sampai sekarang.
Waktu itu kami sedang giat-giatnya menggelar usaha keagamaan. Tiba-tiba di belakang masjid kami, salah seorang warga membuka rumahnya untuk dijadikan tempat judi togel.
Setiap malam orang-orang ramai berkumpul di situ. Karena dari pihak desa tidak ada reaksi apa-apa terhadap judi itu, maka kami bersepakat untuk negosiasi dengan warga itu. Agar kegiatan yang banyak merugikan masyarakat itu dihentikan saja.
Dengan semangat, kami bersepakat untuk mendatangi tempat tersebut.
Namun sebelum berangkat, ada salah satu senior kami yang mengingatkan.

Tolok Ukur Kebenaran


Apa dasarnya suatu pendapat/keyakinan dikatakan benar, atau salah?
Di dalam kehidupan kita sehari-hari, sering kali suatu pendapat dikatakan benar karena pendapat itu telah diterima dan dijalankan secara turun temurun sejak zaman dahulu. Kita mendapati orang tua kita meyakini seperti itu, orang tua kita mendapati keyakinan yang sama dari kakek dan nenek kita, dan seterusnya.
Padahal kalau kita perhatikan, suatu keyakinan terbentuk menjadi tradisi adalah karena ia dilakukan secara berkelanjutan dari generasi ke generasi, terlepas apakah yang dilakukan itu benar atau salah.
Al-Qur’an menggambarkan bagaimana manusia secara keliru telah mengidentikkan tradisi dengan kebenaran. Ketika diajak untuk mengikuti apa yang diturunkan Allah, mereka yang ingkar menolaknya dan memilih untuk mengikuti apa yang sudah menjadi tradisi dari dulu.