Sering kita melafazhkan kalimat istighfar (astaghfirullahal adzhim wa’atubu ilaik) dalam berbagai kesempatan baik setelah shalat atau sambil memasak, merapikan rumah atau ketika kita khusyu’ bermunajat kepada-Nya….banyak diantara kaum muslimin yang belum mengetahui begitu banyak keutamaan kalimat yang mulia ini…sehingga banyak diantara mereka mengeluh atas segala problema yang mereka hadapi baik kesempitan dalam rezeki, sulitnya mendapatkan keturunan, kegersangan hidup dan juga tidak kunjungnya hujan turun…semuanya telah Allah berikan jalan keluarnya dalam Al-Qur’an termaktub dalam surat Nuh ayat 10-12 mari bersama kita lihat ayat dan tafsirnya berikut ini…
“Maka aku katakan kepada mereka,’Mohonlah ampun kepada Tuhanmu’, sesungguhnya Dia adalah Maha Pengampun (10) Niscaya Dia akan mengirimkan hujan kepadamu dengan lebat (11) Dan membanyakkan harta dan anak-anakmu dan mengadakan untukmu kebun-kebun dan mengadakan (pula didalamnya) untukmu sungai-sungai(12)”
Ayat-ayat diatas menerangkan cara mendapatkan hal-hal berikut dengan istighfar:
Ampunan Allah terhadap dosa-dosanya. Berdasarkan firman-Nya: ‘Sesungguhnya Dia adalah Maha Pengampun’
Diturunkannya hujan yang lebat oleh Allah. Ibnu Abbas radhiyallahu anhu berkata:”Midraara” adalah hujan yang turun dengan deras.(Shahihul Bukhari, 8/666)
Allah akan membanyakkan harta dan anak-anak. Dalam menafsirkan ayat:’Wa yumdidkum biamwalin wa banin’ Atha’ berkata: Niscaya Allah akan membanyakkan harta dan anak-anak kalian .
Allah akan menjadikan untuknya kebun-kebun
Allah akan menjadikan untuknya sungai-sungai.Imam Al-Qurthubi berkata:”Dalam ayat ini, juga disebutkan dalam surat Hud {Dan hendaklah kamu meminta ampun kepada Tuhanmu dan bertaubat kepadaNya : Hud ayat 3} adaalah dalil yang menunjukkan bahwa istighfar merupakan salah satu sarana meminta diturunkannya rezeki dan hujan” (Tafsir Al-Qurthubi 18/302]
Al-Hafizh Ibnu Katsir dalam tafsirnya berkata:
“Maka aku katakan kepada mereka, ‘Mohon ampun kepada Tuhanmu, sesungguhnya Dia adalah Maha Pengampun’ maknanya: bertobatlah kamu dari kemusyrikan dan esakanlah Dia Yang Maha Tinggi. Karena barangsiapa yang bertaubat kepada Allah, maka Allah akan menerima taubatnya walaupun dosanya besar.Atau jika kalian bertaubat kepada Allah, meminta ampun kepadaNya dan kalian senantiasa mentaatiNya, niscaya Ia akan membanyakkan rizki kalian dan menurunkan air hujan serta keberkahan dari langit, mengeluarkan untuk kalian berkah dari bumi, menumbuhkan tumbuh-tumbuhan untuk kalian, melimpahkan air susu perahan untuk kalian, membanyakkan harta dan anak-anak untuk kalian, menjadikan kebun-kebun yang didalamnya bermacam-macam buah-buahan untuk kalian serta mengalirkan sungai-sungai diantara kebun-kebun itu untuk kalian”*
Demikianlah, dan Amirul mukminin Umar bin Khaththab radhiyallahu anhu juga berpegang dengan apa yang terkandung dalam ayat-ayat ini beliau memohon hujan dari Allah Subhanahu wa ta’aala.
Muthrif meriwayatakan dari Asy-sya’bi:”Bahwasanya Umar radhiyallahu anhu keluar untuk memohon hujan bersama orang banyak. Dan, beliau tidak lebih dari mengucapkan istighfar (memohon ampun kepada Allah) Lalu beliau pulang. Maka seorang bertanya kepadanya,”Aku tidak mendengar anda memohon hujan” maka ia menjawab,”Aku memohon diturunkannya hujan dengan majadih {majadih yaitu: salah satu jenis bintang yang menurut bangsa Arab merupakan bintang (yang jika muncul) menunjukkan hujan akan turun. Maka Umar menjadikan istighfar sama dengan bintang-bintang tersebut, suatu bentuk komunikasi melalui apa yang mereka ketahui. Dan sebelumnya mereka menganggap bahwa adanya bintang tersebut pertanda akan turun hujan, dan bukan berarti bahwa Umar berpendapat bahwa turunnya hujan karena bintang-bintang tersebut.Tafsir Al_khazin, 7/154}langit yang dengannya diharapkan bakal turun air hujan. Lalu beliau membaca ayat kesepuluh dan sebelas dari surat Nuh.
Imam Hasan Al-bashri juga menganjurkan istighfar (memohon ampun) kepada setiap orang yang mengadukan kepadanya tentang kegersangan, kefakiran, sedikitnya keturunan dan kekeringan kebun-kebun.
Imam Al-Qurthubi menyebutkan dari Ibnu Shabih, bahwasanya ia berkata:”Ada seorang laki-laki mengadu kepadanya Hasan Al-Bashri tentang kegersangan bumi maka beliau berkata kepadanya,”beristighfarlah kepada Allah!” yang lain mengadu kepadanya tentang kemiskinan maka beliau berkata kepadanya,”beristighfarlah kepada Allah!” yang lain lagi berkata kepadanya,”Doakanlah (aku) kepada Allah, agar Ia memberiku anak!” maka beliau mengatakan kepadanya,”beristighfarlah kepada Allah!”Dan yang lain lagi mengadu tentang kekeringan kebunya maka beliau mengatakan pula kepadanya,”beristighfarlah kepada Allah!” Dan, kami menganjurkan demikian kepada orang yang mengalami hal yang sama.Dalam riwayat lain disebutkan:”Maka Ar-Rabi’ bin Shabih berkata kepadanya:Banyak orang yang mengadukan bermacam-macam perkara dan anda memerintahkan mereka semua untuk beristighfar.
Maka Hasan Al-Bashri menjawab:”Aku tidak mengatakan hal itu dari diriku sendiri.tetapi sungguh Allah telah berfirman dalam surat-Nya (Nuh ayat 10-12)
Sebagai tambahan bahwa memohon ampun kepada Allah (istighfar) dalam ayat diatas menurut para ulama tidaklah berarti bahwa mereka diperintahkan hanya dengan lisan saja akan tetapi dengan lisan dan perbuatan. Bahkan apabila seseorang memohon ampun kepada Allah hanya dengan lisan saja tanpa disertai dengan perbuatan maka itu adalah pekerjaan para pendusta. (Al-Mufradat fi ghariibil Qur’an hal:362)
Ya,Allah jadikanlah kami termasuk hamba-hambaMu yang pandai beristighfar. Dan karuniakanlah kepada kami buahnya didunia maupun akhirat . Sesungguhnya Engkau Maha Mendengar dan Maha Mengabulkan. Amin.Wahai Yang Maha Hidup dan terus menerus mengurus makhluk-Nya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar