Individu yang mengalami mutasi yang menguntungkan pada leluhur manusia
berhasil selamat dan berkembang biak. Sesederhana itu.
Namun setelah cukup lama berpikir, ternyata keberadaan manusia di Bumi
sekarang tidak semata karena evolusi. Bila ditarik garis ke belakang, ke
masa lalu, maka ada serentetan peristiwa luar biasa yang menandai
kehadiran kita di Bumi. Mari kita telusuri ke masa lalu, apa saja yang
menyebabkan mengapa manusia ada.
Karena adanya Kekacauan
What? Tapi itu benar. Kita ada karena dunia ini kacau. Fenomena ini
dijelaskan oleh teori Chaos yang terkenal dengan istilah Butterfly
Effectnya. Pada dasarnya teori Chaos mengatakan, sedikit saja gangguan
pada sebuah sistem chaos, maka akan terjadi perubahan perilaku yang
drastis. Ambil contoh begini, bayangkan kalau hidung Cleopatra sedikit
saja lebih pesek atau sepatu kuda raja Richard III kurang satu, kerajaan
dapat runtuh, dan dunia akan sangat berbeda dari sekarang. Inilah efek
kupu-kupu, sesuatu yang sepele, ternyata bisa berakibat besar. Para
ilmuan mengamatinya pada sistem cuaca. Sedikit saja suhu di naikkan,
atau kelembaban udara turun satu angka pada posisi desimal, maka cuaca
menjadi berubah drastis. Analoginya seperti meletakkan satu demi satu
bulu di atas jembatan. Suatu saat, entah itu kapan, kamu cukup
meletakkan satu bulu, dan tiba-tiba jembatan menjadi runtuh karena
bebannya terlampaui. Karenanya, kita ada sekarang, dipengaruhi oleh
begitu banyak kekacauan di masa lalu, berbagai peristiwa kecil yang
terlihat sepele namun berdampak luas bagi hidup kita.
Dari tak terhitung kekacauan yang terjadi di dalam sejarah, tentunya ada
peristiwa yang sangat kacau dan peristiwa yang tidak terlalu kacau.
Sebagai contoh, suhu di malam orang tua saya ML menentukan keberadaan
saya. Jika sedikit saja lebih dingin, saya tidak akan ada. Tapi tetap
ada manusia toh? Walaupun bukan saya, tapi ia tetap mirip orang tua
saya, dan mungkin mirip saya. Dia tidak akan mirip dengan, katakanlah
Zebra. Tentunya ada sebuah saat dimana kekacauan lebih berpotensi
menghasilkan kita daripada kekacauan jenis lainnya. Jadi, mari kita
tanyakan kembali, mengapa manusia ada?
Karena Ada Danau Toba
Danau Toba dulunya adalah supervolcano. Ia meletus sekitar 85 ribu tahun
lalu dan mempengaruhi Asia dan Afrika. Saat itu leluhur manusia kita
hidup kurang lebih stabil. Tapi dengan adanya letusan Toba, mereka
dipaksa untuk beradaptasi, atau mati. Kita diambang kepunahan waktu itu.
Seandainya para leluhur tidak mampu beradaptasi, kita tidak akan ada di
sini.
Saat itu daerah subur merupakan harta karun bagi leluhur. Para leluhur
berkompetisi dengan sesama mereka maupun dengan primata lainnya. Inovasi
seperti alat batu dan alat tulang merupakan hal yang berharga. Alat
membantu kita mendapatkan makanan jenis baru. Bayangkan sebuah kayu
panjang yang dapat menjatuhkan mangga atau cangkul untuk menggali
umbi-umbian.
Migrasi manusia keluar dari Afrika
Dengan banyaknya tekanan seleksi yang menggoyang evolusi kita, perlahan
leluhur mulai berubah. Ucapan mereka, misalnya, dulu hanya sederhana,
mungkin hanya ah ih uh. Lama kelamaan menjadi kompleks, dan membentuk
bahasa kita. Dengan bahasa, gagasan-gagasan dapat lebih luas, cakrawala
lebih lebar dan lebih sedikit kesalahpahaman. Mutasi pada gen pembentuk
otak mengakibatkan beberapa leluhur mampu melakukan vokalisasi yang
lebih kompleks. Keturunannya mampu berbicara dengan kosakata lebih
banyak dan fleksibel dan meledakkan kendala komunikasi interpersonal.
Bahasa telah muncul.
Tikus memiliki gen yang mempengaruhi ucapan dan bahasa manusia, sebuah
petunjuk kalau leluhur kita telah memiliki gen ini semenjak zaman
dinosaurus
Tapi saat ini manusia sudah ada. Karenanya, mengapa manusia ada belum
terjawab. Terjadinya letusan Toba mungkin menjawab pertanyaan, mengapa
manusia memiliki teknologi, mengapa kita tidak seperti manusia purba,
tapi tidak banyak perbedaan antara manusia sekarang dengan 70 ribu tahun
lalu. Kita masih satu spesies, sama-sama Homo sapiens. Jadi, mengapa
manusia ada?
Suara ultra dipakai oleh ilmuan untuk mempelajari mekanisme bahasa
click, bahasa tertua di dunia
Karena Pohon sedikit
Sebelum sekitar 20 juta tahun lalu, Afrika Timur dipenuhi hutan rimba
tropis mirip Amazon. Leluhur kita berlompatan di pepohonan, menikmati
lebatnya pepohonan. Kemudian Bumi bergerak, magma di bagian bawah
Ethiopia Utara menggeser perlahan. Dalam 15 juta tahun kemudian, dua
pegunungan raksasa terbentuk dari utara ke selatan, masing-masing dengan
tinggi 2 kilometer dari utara ke selatan. Dari Timur, angin yang datang
dari Samudera Hindia ditolak balik oleh pegunungan ini. Dari Barat,
angin yang datang dari Samudera Atlantik dan Kongo di tolak balik, juga
oleh pegunungan ini. Akibatnya, curah hujan menurun. Hutan rimba
perlahan berubah menjadi padang rumput yang luas.
Evolusi manusia dari primata pemanjat pohon
Bagi leluhur kita, tinggal di pohon tidak lagi nyaman. Pohon sedikit dan
populasi mereka bertambah. Berdesakan di pohon tidaklah baik. Kadang
ada yang jatuh dan tewas. Ada banyak jalan sebenarnya, tapi kebetulan,
sebuah mutasi memungkinkan leluhur untuk dapat berjalan, bukannya
berayun di pepohonan. Kemampuan berjalan memberi banyak kemudahan. Dan
tibalah saat itu, 6 juta tahun lalu, sebuah spesies primata belajar
berdiri dan berjalan dengan dua kaki.
Lingkungan yang berubah cepat berarti evolusi primata ini tidak berhenti
sampai disini. Sekitar 2.5 juta tahun lalu, evolusi mengambil dua
jalan. Pertama menuju otak yang lebih besar agar dapat mencari cara
lebih baik untuk beradaptasi, kedua dengan mengembangkan rahang yang
lebih besar untuk memakan biji dan umbi yang keras. Strategi pertama
memiliki kekuatan terbesar. Manusia dengan rahang besar punah, sementara
manusia dengan otak besar, Homo habilis, bertahan. Dialah leluhur semua
manusia di Bumi sekarang.
Saat ini jawaban kita pada pertanyaan: Mengapa manusia ada, adalah
karena pepohonan sedikit. Leluhur kita hidup di pohon, tanpa pohon
mereka harus beradaptasi, atau mati. Lalu mengapa leluhur yang hidup di
pohon ini ada? Mengapa primata ada?
Karena dinosaurus punah
Meteor raksasa yang pernah kami bahas dalam dampak tumbukan meteor, yang
kita simulasikan jatuh di Bandung dan menghabisi umat manusia, jatuh
sekitar 100 juta tahun sekali. Tapi justru keberadaan kita mungkin
disebabkan peristiwa yang sama, 65 juta tahun lalu.
Rajahmundry Quarry, sebuah situs di India memberi petunjuk peristiwa
kepunahan massal dinosaurus
Saat itu, sebuah asteroid berdiameter 10 kilometer menghantam
semenanjung Yucatan di Meksiko masa kini. Karbon dan gas kaya belerang
dari lapisan batuan yang terhantam mencuat ke angkasa yang terbakar,
langit menghitam, Bumi mendingin dan hujan asam mengguyur. Dalam
beberapa bulan, seluruh spesies dinosaurus punah. Begitu juga beberapa
spesies reptil di lautan dan udara, amonita, sebagian besar burung dan
tanaman darat.
Separuh spesies mamalia ikut punah. Yang bertahan hidup adalah mereka
yang paling kecil dan lincah, berlarian bersembunyi di balik batuan dan
reruntuhan. Mereka pemakan bangkai dan justru senang melihat punahnya
dinosaurus. Di satu sisi mereka tidak memiliki predator, di sisi lain,
bangkai dinosaurus berserakan di mana-mana. Sebuah pesta besar bagi
mamalia kecil. Dalam waktu singkat, mamalia berkembang biak, meluas di
sekitar ekosistem air tawar.
Merekalah para pewaris bumi. Mamalia menggantikan kekuasaan dinosaurus
di darat dan kemudian di laut. Kita belum menguasai udara. Burung lebih
cepat ke sana, sementara kelelawar tidak terlalu mampu.
10 juta tahun setelah kepunahan dinosaurus, mamalia menjalari segala
jenis niche di darat, dengan berbagai jenis adaptasinya, salah satunya
di pepohonan, seperti leluhur kita. Tapi, kenapa dinosaurus, mamalia dan
semua hewan yang disebutkan di atas ada?
Karena Pemanasan Global
800 juta tahun lalu, seluruh daratan di Bumi tersatukan dalam superbenua
Rodinia. Super benua ini mulai retak, rusak di setiap pijakannya,
akibat aktivitas magma. Dari retakan-retakan tersebut melepaskan gas
yang mempengaruhi cuaca sehingga udara lebih dinamis dari sebelumnya.
Samudera dipenuhi nutrisi, sama halnya dengan suburnya daerah sekitar
gunung berapi sekarang. Populasi Cyanobacteria meledak. Karena
cyanobacteria adalah bakteri fotosintesis, maka ini berarti terjadi
ledakan oksigen di mana-mana. Sampah fotosintesis ini menjalari atmosfer
Bumi. Ya, oksigen adalah sampah. Ia hasil buangan dari proses
fotosintesis tumbuhan.
Fotosintesis membutuhkan karbon dioksida. Akibatnya, karbon dioksida
disedot dari Bumi oleh para cyanobacteria. Bumi pun mengalami
pendinginan global. Sebuah periode yang disebut ilmuan “snowball earth”.
Mahluk-mahluk ber sel satu menggigil kedinginan dan mati, beberapa ber
evolusi, memunculkan tipe sel baru yang lebih kompleks.
Mereka adalah ganggang hijau dan lumut kerak. Perlahan mereka berusaha
hidup di daratan. Keseimbangan tercapai saat banyak cyanobacteria
sendiri mati. Karbon dioksida kembali bertambah. Mulailah pemanasan
global.
635 juta tahun lalu, pemanasan global membuat Bumi yang tertutup salju
mulai mencair. Es menarik diri dari khatulistiwa menuju ke kutub.
Daratan terbuka dan para lumut kerak bergembira. Mereka menancapkan
akarnya (hifa) di bebatuan. Pelapukan biologi, kimia dan fisika terjadi
di daratan dan mengubah batuan menjadi tanah. Sisa pelapukan terbasuh
dari daratan ke lautan, dan lautan ikut merasakan kegembiraan atas
limpahan nutrisi.
Lumut kerak terus memangsa batuan dan aliran nutrisi ke lautan terus
menjejalkan kenikmatan pada para bakteri fotosintesis. Oksigen pun
melonjak kembali hingga pada persentase sekarang.
580 juta tahun lalu, leluhur hewan pertama muncul, lalu leluhur tanaman
berdaun. Mereka pada gilirannya kelak akan memiliki keturunan yang dapat
berdiri di tepi pantai, menghirup segarnya udara yang dibawakan angin
laut.
Pantai British Columbia memberi petunjuk kalau sebagian besar organisme
lenyap dalam kepunahan global sekitar 252 juta tahun lalu
Sekarang pertanyaannya adalah, mengapa ada ganggang hijau dan lumut
kerak?
Karena ada Benturan dua mikroba
Kehidupan di bumi didominasi dua jenis sel: prokariota (bakteri dan
arkea) yang hanyalah sebuah tas kimiawi, dan eukariota, sel dengan
berbagai perlengkapan tempur untuk hidup lebih baik (selaput internal,
sistem rangka dan transportasi). Bakteri terbesar di dunia hanyalah
kurang dari satu milimeter, tapi sel eukariota terbesar (telur) bisa
mencapai hampir satu meter. Para bakteri hanya mampu paling bisa membuat
untai sel-sel sejenis dirinya, tapi sel eukariota mampu bekerja sama
membuat segalanya mulai dari otak, daun, tulang dan kayu.
2 miliar tahun lalu, yang ada hanyalah bakteri dan arkea. Keduanya
adalah prokariota. Lalu kejadian aneh terjadi. Seekor arkea yang sedikit
berbeda dari leluhurnya berbenturan dengan seekor bakteri. Proses kimia
membuat mereka berikatan dan tidak dapat lepas. Merekapun bersimbiosis,
dan jadilah eukariota pertama. Sang Bakteri itu sendiri bertugas
sebagai pembangkit energi sel. Ia ber evolusi menjadi mitokondria.
Istilah simbiosis di dalam sel tersebut adalah endosimbiosis. Kloroplas
misalnya, dulu adalah bakteri fotosintesis yang hidup bebas. Ia ikut
serta dalam parade sel jenis baru. Satu demi satu kelompok kerjasama ini
terbentuk dan hidup bersama bentuk-bentuk sel tunggal di lautan.
Bedanya, sel eukariota mampu bekerja sama dengan sel eukariota lain,
membentuk apa yang kita sebut mahluk multiseluler.
Lalu, kenapa ada bakteri dan arkea?
Karena Bumi disiram dengan bom
Misi ke bulan memberikan kejutan bagi kita. Kawah-kawah raksasa di sana
ternyata usianya sama. Usia mereka 3.9 miliar tahun. Apa artinya ini?
Ini berarti 3.9 miliar tahun lalu terjadi sebuah pengeboman
besar-besaran di Bulan. Sangat jelas kalau ini juga berarti hal yang
sama terjadi di Bumi. Bumi lebih besar, hanya saja kawahnya habis
terkikis proses dinamika planet ini.
Planet Gliese 581 e dengan massa sekitar 1.9 kali bumi, planet paling
mendekati Bumi dalam massa yang sudah ditemukan, berjarak 20.5 tahun
cahaya
Tidak jelas mengapa terjadi peristiwa pengeboman saat itu. Ada yang
menduga kalau terjadi resonansi gravitasi di empat planet raksasa:
Yupiter, saturnus, uranus dan Neptunus. Posisi orbit mereka sedemikian
rupa sehingga keseimbangan diantaranya terganggu sebentar. Akibatnya,
asteroid-asteroid tak berdaya di sekitarnya terlontar ke tata surya
dalam, termasuk Bumi.
Dengan berbagai metode, seperti metode SDI disini, para ilmuan menemukan
banyak tata surya baru di taburan bintang
Sangat mungkin kalau diantara bom-bom raksasa penghajar Bumi itu salah
satunya atau beberapa adalah komet. Mereka terbentuk jauh lebih dalam di
pinggiran tata surya dan karenanya membawa air beku di dalam perutnya.
Air tersebut terbongkar saat mereka menghantam Bumi dan menjadi air
pertama di Bumi.
Saat pengeboman berakhir, wajah Bumi benar-benar kacau. Berantakan
dengan berbagai kawah berisi lahar di mana-mana. Seiring waktu, orbit
stabil dan Bumi mendingin. Di dalam kawah-kawah saksi bisu tumbukan
kejam itu, mulailah air dari komet mencair dan menjadi oasis-oasis
tempat lahirnya kehidupan pertama di planet Bumi.
Bila sebelum pengeboman terjadi ternyata sudah ada kehidupan di Bumi,
maka pengeboman tersebut mungkin menyapu kehidupan, menyisakan
bakteri-bakteri yang paling tahan terhadap panas. Kita melihat bukti ini
dari bulan. Lalu kenapa bulan ada?
Karena Bumi ditampar
4.5 miliar tahun lalu, bumi hanyalah bayi planet yang rentan. Sementara
di mana-mana berterbangan bebatuan raksasa yang tidak jelas arahnya.
Satu di antaranya menampar bumi. Sang penampar berukuran lebih kecil.
Saat ia menghantam Bumi, sebagian dirinya tertanam di planet ini,
sebagian lagi terlontar balik ke luar angkasa. Inilah bulan, yang engkau
lihat di langit malam.
Tata surya kita di masa mudanya
Pasangan Bumi-Bulan tidak ada bandingnya di Tata Surya. Planet lain
punya satelit yang jauh lebih kecil darinya. Tidak heran Yupiter sang
raksasa punya puluhan satelit. Mereka umumnya berasal dari batu-batu
kecil yang terjebak di titik gravitasi dan menumpuk, atau berasal dari
batuan yang lewat terlalu dekat dengan planet hingga tertarik dan tak
dapat lepas.
Teknologi kita sudah sangat maju sehingga bisa tahu peristiwa miliaran
tahun lalu
Keberadaan Bulan mencegah perubahan liar dalam pola pemanasan Matahari
di permukaan Bumi. Akibatnya Bumi tidak mengalami ayunan iklim yang
ganas. Bumi juga tidak mengalami perubahan suhu yang drastis dimana Bumi
membeku sepenuhnya. Kondisi yang ideal untuk berkembangnya kehidupan.
Selanjutnya, kenapa ada Bumi, Bulan dan Matahari, dan planet-planet di
Tata Surya?
Karena ada Bintang yang Meledak
Alam semesta dipenuhi hidrogen, helium dan debu di mana-mana. 4.6 miliar
tahun lalu, Salah satu pojok yang padat dengan adukan ini mendapatkan
limpahan energi. Petunjuknya datang dari meteorit. Berbeda dengan batuan
asli planet Bumi, meteorit nyaris tidak berubah semenjak ia diremas
saat Tata Surya terbentuk. Meteorit tua ditemukan mengandung banyak
besi-60, sebuah isotop radioaktif berat. Hanya ada sedikit sekali
fenomena yang bisa menyebabkan isotop ini terbentuk di antariksa. Yang
paling mungkin adalah supernova. Ledakan bintang raksasa. Ia ibarat
goresan korek api untuk menyalakan sumbu bom evolusi di Tata Surya. Awan
gas yang merupakan adukan hidrogen, helium dan debu kita terusik dan
terkompres. Teori lain mengatakan kalau tidak lah perlu supernova. Bukti
menunjukkan sambaran angin bintang raksasa yang cukup dekat dengan awan
gas ini dapat memicu pembentukan Tata Surya. Bintang tersebut sendiri
mungkin sudah berjalan dalam orbitnya entah kemana, menyisakan tungku
bintang menyala di tengah awan gas yang baru di ganggunya. Dan
terbentuklah matahari, bersama planet-planetnya.
Lalu mengapa bahan seperti hidrogen, helium dan debu itu ada? Dengan
kata lain, mengapa materi ada?
Karena Tidak Segalanya diciptakan Berpasangan
Bila segalanya berpasangan, maka tidak akan ada materi. Idealnya setiap
partikel yang tercipta dalam Big Bang memiliki anti partikel. Saat
keduanya bertemu, terjadi penghancuran satu sama lain, dan dua foton
energi tinggi saja yang tersisa. Alam semesta seharusnya berisi lautan
cahaya. Itu saja.
Memang ada sedikit kecenderungan ke arah satu sisi saat penghancuran
diri partikel vs anti partikel. Tapi hal ini sangat tidak cukup
menjelaskan kelimpahan materi di alam semesta sekarang. Entah mengapa
tidak semua partikel memiliki anti partikel saat Big Bang, 13.75 miliar
tahun lalu. Menurut para ahli fisika teoritis, tampaknya alam semesta
kita kebetulan memiliki variabel yang sedikit memungkinkan materi. Ia
cukup untuk membuat materi ada tapi tidak cukup untuk membuat seluruhnya
materi (tanpa cahaya). Dalam tak terhingga alam semesta, ada yang
seluruhnya lubang hitam, ada yang seluruhnya cahaya, ada sedikit yang
mengandung materi dan cahaya. Salah satunya alam semesta kita.
Jadi, mengapa alam semesta seluas ini?
Karena Alam Semesta Berinflasi
Cukup 0.000 000 000 000 001 detik mundur dari saat anihilasi materi –
anti materi kita sebelumnya. Bila model semesta inflasi benar, maka saat
ini alam semesta diselubungi medan inflasi yang mengendalikan ekspansi
eksponensial alam semesta hanya dalam periode 10-32 ******* Ia
merentangkan alam semesta kita menjadi datar dan seragam.
Pengembangan mendadak ini dipengaruhi efek kuantum. Gejolak kuantum
membuat satu daerah sedikit lebih padat dari daerah lainnya. Hasilnya
adalah bolongan-bolongan di alam semesta kita, yang disebut void.
Seratus juta tahun cahaya ke segala arah kita, ada daerah kosong yang
begitu besar, gelap, tanpa galaksi, tanpa bintang. Bila variasi ini
sedikit saja lebih kecil, maka kita tidak akan ada.
Semua variasi ini tampaknya acak dan sebagian besar fisikawan percaya
kalau fluktuasi kuantum sama sekali tidak memiliki sebab. Ia adalah
sifat dasar alam semesta.
Pada akhirnya adalah pertanyaan mengapa alam semesta ada?
Tidak ada satu orang pun yang Tahu
Ya. Ini tampaknya jawaban yang tidak diinginkan. Kita memang ingin tahu.
Tapi sains tidak dapat menjawabnya. Sains cukup berbesar hati, dengan
segala metode dan teknologi paling maju dan otak paling brilian di alam
semesta, kita belum tahu mengapa alam semesta ada. Yang kita punya
hanyalah setumpuk karya ilmiah fisika teoritis tanpa bukti eksperimental
sama sekali. Memang kita berusaha, para ilmuan sibuk menguji model
standar di LHC dan laboratorium-laboratorium. Mereka juga menatap ke
antariksa dengan berbagai teleskop super tajam.
Beberapa dari kita tampak gatal untuk menjawab tanpa pengetahuan.
Seorang teman mengatakan, karena Tuhan ada. ia menciptakan alam semesta.
Hal ini saya katakan kurang pengetahuan karena well, memang tidak
memerlukan pengetahuan untuk mengatakan hal tersebut. Ambil contoh
petir. Jaman dahulu orang tidak tahu tentang petir, maka mereka
mengatakan Tuhan sedang marah. Sekarang kita tahu kalau petir adalah
peristiwa alam biasa.
Begitu pula fenomena Big Bang. Apa yang kita tahu adalah alam semesta
mengembang ke segala arah. Karenanya bila dimundurkan ke masa lalu, ia
akan berukuran sangat kecil. Sedemikian kecil hingga satu titik dimana
hukum fisika yang kita ketahui runtuh. Suatu yang disebut skala Planck
yang terdiri dari panjang minimum dan waktu minimum (panjang Planck dan
waktu Planck)
Bagaimana alam semesta pada panjang lebih kecil dari panjang Planck?
Bagaimana alam semesta sebelum waktu Planck? Inilah dimana pengetahuan
kita kurang. Kita belum cukup pandai. Yang dibutuhkan adalah pengetahuan
yang lebih banyak, bukannya menjawab tanpa pengetahuan.
Para ilmuan paling brilian berdebat tentang apa yang ada dalam skala
Planck. Ada yang bilang kalau ruang, waktu, dan hukum fisika berada
dalam singularitas dimana segalanya muncul dari ketiadaan. Ada juga yang
bilang kalau alam semesta kembali mengembang dalam siklus kembang –
kempis tiada akhir (osilasi).
Jika seandainya Tuhan menciptakan alam semesta, lalu siapa menciptakan
Tuhan? Sejauh yang kita tahu, alam semesta bukan hanya ada satu. Ada tak
terhingga alam semesta. Apakah Tuhan juga menciptakan tak terhingga
banyaknya alam semesta tersebut? Ataukah Ia ada di salah satu alam
semesta? Apakah ia mengikuti hukum fisika ataukah ia membuat hukum
fisika? Lalu dengan hukum apa ia membuatnya? Dst dst
Seperti yang anda lihat. Solusi Tuhan adalah sebuah jalan buntu. Tidak
ada lagi kegembiraan akan penemuan baru, dan tidak ada lagi semangat
petualangan ilmiah. Ketiadaan ilmu, itulah yang dicerminkan dari solusi
Tuhan.
Mungkin benar apa yang dikatakan Stephen Hawking, alam semesta ada
karena adanya hukum dasar fisika seperti gravitasi. Setiap saat tercipta
alam semesta dengan segala variasi yang mungkin ada, saling bertumpuk
satu di dalam yang lain. Sekarang dengan semangat inkuiri kita, kita
bisa berjuang mencari alam semesta lain tersebut, dan bahkan mungkin
membuat alam semesta kita sendiri di lab.
Profesor Filsafat Mark Tegmark berpendapat kalau jumlah alam semesta
bukan hanya tak terhingga, tapi meliputi semua ruang matematik yang
mungkin dalam keabadian tiada awal dan tiada akhir
Apakah sekarang anda masih bertanya dari mana hukum tersebut ada?
Pelajarilah hukumnya sebelum bertanya ia datang dari mana. Ia adalah
batas tertinggi logika kita, dan sekarang kita sedang mendakinya.
Mungkin anda akan menyadari kalau hukum demikian tidak mungkin
diciptakan. Sama tidak mungkinnnya dengan memasukkan gajah afrika
kedalam telur ayam.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar