Kamis, 24 November 2011

Apakah Takdir Bisa Berubah atau Telah Ditetapkan? bag.2

Takdir telah ditetapkan sempurna oleh Allah, baik itu takdir baik maupun takdir yang buruk. Jika ada perubahan, misalnya sekarang saya miskin lalu sembari ikhtiar setahun kemudian menjadi kaya, hal ini bukan takdirku yang berubah, tapi keadaan/nasibku yang berubah (QS13:11), dari keadaan miskin ke keadaan kaya. Dan perubahan keadaan/nasib ini adalah jalan takdir yang memang sudah ditetapkan demikian. Ayat-ayat Al-Qur’an dan Hadits yang telah kita baca di note sebelumnya, bukanlah sesuatu hal yang bertentangan. Justru jika dikaji lebih mendalam, kita malah semakin mengenal keagungan Allah Yang Maha Pandai. Ayat-ayat tersebut merupakan satu kesatuan yang tak terpisahkan untuk menjelaskan hal ini. Keadaan/ nasib (takdir khusus) bisa berubah, dan berubahnya nasib tersebut telah ditetapkan sedetil-detilnya dalam lauhul mahfuzh.
Dan pada sisi Allah-lah kunci-kunci semua yang gaib; tak ada yang mengetahuinya kecuali Dia sendiri, dan Dia mengetahui apa yang di daratan dan di lautan, dan tiada sehelai daun pun yang gugur melainkan Dia mengetahuinya (pula), dan tidak jatuh sebutir biji pun dalam kegelapan bumi dan tidak sesuatu yang basah atau yang kering, melainkan tertulis dalam kitab yang nyata (Lohmahfuz).(Al-An’am-59)
Allah Maha Mengetahui di masa depan apa saja yang akan kita inginkan (apa mau deket sama Allah atau mendekati selain Allah, dan lain sebagainya). Allah sudah tahu di masa depan apa saja yang akan kita perbuat. Allah tak perlu menunggu untuk mengetahui apa yang akan diperbuat manusia untuk menentukan takdir. Allah Maha Mengetahui segala sesuatu. Allah telah memprogram sempurna kehidupan dengan seadil-adilnya dan sedetil-detilnya, dan Allah tak pernah berbuat aniaya kepada makhluk-Nya dalam penetapan takdir. Bahkan Allah sudah tahu dan telah menetapkan apakah masing-masing dari kita adalah orang ahli surga atau ahli neraka.
Kalau semuanya telah ditentukan,  apalah artinya kita ikhtiar
Karena ikhtiar bukanlah untuk menentukan/mengurus takdir, tapi ikhtiar untuk Allah semata (sebagai amal ibadah, ikhlas, sebagai wujud ketaatan dan kecintaan pada Allah)
Padahal mereka tidak disuruh kecuali supaya menyembah Allah dengan memurnikan ketaatan kepada-Nya (tulus ikhlas) dalam (menjalankan) agama dengan lurus, dan supaya mereka mendirikan salat dan menunaikan zakat; dan yang demikian itulah agama yang lurus. (Al-Bayyinah:5)
Dengan meyakini takdir adalah mutlak kekuasaan Allah, hal ini membuat kita menyadari ketidakberdayaan kita pada takdir/kekuasaan Allah. Tak ada makhluk di alam semesta ini yang kuasa menentukan atau mengubah takdir. Oleh karenanya…
…hanya kepada Allah sajalah orang-orang mukmin itu harus bertawakal (Al-Maa-idah:11)
Katakanlah: “Sekali-kali tidak akan menimpa kami melainkan apa yang telah ditetapkan oleh Allah bagi kami. Dialah Pelindung kami, dan hanyalah kepada Allah orang-orang yang beriman harus bertawakal.” (At-Taubah:51)
Tawakkal (berserah diri) bukan pasif diam. Berserah diri yakni ada keyakinan sepenuh hati dalam diri  “Gimana kata Allah saja”. Allah nyuruh begini, lakukan semampunya. Allah ngelarang begitu, hindari semampunya. Melakukan sesuatu biar disukai Allah saja. Dan segalanya serahkan pada Allah Yang Maha Mengurusi.
Yang banyak dosa (saya juga) perbanyaklah tobat, selagi ada umur. Kalau sudah meninggal kita nggak bisa balik lagi ke dunia untuk memperbaiki amal. Mohon perlindungan kepada Allah dari kesyirikan. Sembahlah Allah saja, bukan dukun, ramalan, batu, jabatan, orang yang dicintai, dsb yang sama sekali tak kuasa menentukan jalan takdir kita.
Katakanlah: “Sesungguhnya salat, ibadah, hidup dan matiku hanyalah untuk Allah, Tuhan semesta alam, tiada sekutu bagi-Nya; dan demikian itulah yang diperintahkan kepadaku dan aku adalah orang yang pertama-tama menyerahkan diri (kepada Allah)”.(Al-An’am:162-163)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar