Kamis, 24 November 2011

Ilmu Pengetahuan Adalah Pendekatan Diri kepada Allah

Tuntutlah ilmu, sesungguhnya menuntut ilmu adalah pendekatan diri kepada Allah Azza wajalla, dan mengajarkannya kepada orang yang tidak mengetahuinya adalah sodaqoh. Sesungguhnya ilmu pengetahuan menempatkan orangnya, dalam kedudukan terhormat dan mulia (tinggi). Ilmu pengetahuan adalah keindahan bagi ahlinya di dunia dan di akhirat. (HR. Ar-Rabii’)
Ilmu disini salah satunya adalah ilmu agama. Belajar/ mengkaji Al-Qur’an dan Hadits agar iman makin mantep. Namun tidak sebatas ini. Tapi penulis ingin mengkajinya lebih luas lagi. Mungkin kita akan berpikir, bagaimana ilmu pengetahuan bisa menjadi pendekatan diri kepada Allah? Ilmu pengetahuan adalah potensi yang sering kita dapat di sekolah, kuliah, bahkan di sekitar kita. Ilmu yang dimaksud salah satunya adalah ilmu agama. Tetapi tidak terbatas ilmu tentang pokok ritual agama saja (sholat, puasa, dsb), tapi juga ilmu tentang alam, ekonomi, kedokteran, teknologi, astronomi, dsb. Lalu apa hubungannya dengan agama (pendekatan kepada Allah)?
Dia-lah yang menjadikan kamu khalifah-khalifah di muka bumi…(Al-Fathir:39)
Kita (manusia) adalah khalifah-khalifah yang diciptakan di dunia. Manusia punya tanggung jawab untuk mengelola di muka bumi ini. Untuk itulah kita butuh ilmu bagaimana cara mengelola dunia ini. Oleh karenanya kita belajar matematika, ekonomi, teknologi, biologi, astronomi, geografi, dsb. Karena ada arsitek, maka ada masjid-masjid yang indah seperti yang pernah kita lihat.  Karena ada engineer dari teknik sipil, dibuatlah jalanan dan jembatan untuk akses ke masjid tadi, silaturahmi, dsb. Karena ada ahli astronomi, kita jadi mengenal alam jagad raya ini dan bisa melihat tanda-tanda kekuasaan Allah. Karena ada engineer teknik mesin, dibuatlah motor dan mobil yang memudahkan kita pergi ke sekolah untuk mencari ilmu, dsb. Karena ada ilmu ekonomi, barang-barang produksi bisa terdistribusi (dipasarkan) ke masyarakat untuk kemakmuran umat. Jadi, ilmu-ilmu tadi digunakan untuk mengelola dunia ini (sebagai khalifah). Dan perbuatan ini adalah wujud taqwa manusia sebagai khalifah kepada Allah yang artinya untuk pendekatkan diri kepada Allah. Karena Allah-lah kita mencari ilmu dan karena Allah-lah kita beramal demikian.
Yang saya tangkap, ilmu-ilmu sains, ilmu teknik (teknologi), ilmu medis, ilmu ekonomi, dsb sebenarnya adalah bagian dari ilmu agama secara tidak langsung (yakni merujuk pada surat Al-Fathir:39 di atas dan surat Al-Baqarah:30) untuk tahu bagaimana cara menyembah/tunduk kepada Allah sebagai kahlifah. Namun bagi orang-orang non-beriman, ilmu-ilmu ini digunakan untuk tujuan-tujuan lain. Mencari kekuasaan, mencari keuntungan pribadi, menindas bangsa lain, dsb. Tapi itulah ilmu, yaitu potensi. Digunakan oleh orang yang tidak beriman akan merusak dirinya dan orang lain, digunakan oleh orang beriman digunakan untuk mencapai ridho Allah (biar makin deket kepada Allah) manfaatnya untuk kebaikan dirinya dan orang lain.

Keren yah… Islam itu tidak hanya “berkutat” pada ritual saja. Islam bukanlah sekuler yang terpisah dari kehidupan sehari-hari. Justru Islam hadir agar manusia memahami bagaimana cara kita menjalani hidup dengan baik dan benar. Karena cara-cara bagaimana kita menjalani hidup (syariat), diatur semuanya dalam Al-Qur’an dan Hadits. Subhanallah….
#Dunia (termasuk ilmu) hanya sebatas alat, bukan tujuan utama. Dan alat (salah satunya ilmu) bisa digunakan untuk mencapai tujuan utama (ridho Allah)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar