Kamis, 21 Oktober 2010

Anggapan yang Keliru

Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah rahimahullah mengatakan,

وَمَا يَظُنُّهُ بَعْضُ النَّاسِ أَنَّهُ مَنْ وُلِدَ عَلَى الْإِسْلَامِ فَلَمْ يَكْفُرْ قَطُّ أَفْضَلُ مِمَّنْ كَانَ كَافِرًا فَأَسْلَمَ لَيْسَ بِصَوَابِ ؛ بَلْ الِاعْتِبَارُ بِالْعَاقِبَةِ وَأَيُّهُمَا كَانَ أَتْقَى لِلَّهِ فِي عَاقِبَتِهِ كَانَ أَفْضَلَ . فَإِنَّهُ مِنْ الْمَعْلُومِ أَنَّ السَّابِقِينَ الْأَوَّلِينَ مِنْ الْمُهَاجِرِينَ وَالْأَنْصَارِ الَّذِينَ آمَنُوا بِاَللَّهِ وَرَسُولِهِ بَعْدَ كُفْرِهِمْ هُمْ أَفْضَلُ مِمَّنْ وُلِدَ عَلَى الْإِسْلَامِ مِنْ أَوْلَادِهِمْ وَغَيْرِ أَوْلَادِهِمْ

Anggapan sebagian orang yang menyangka bahwa seorang yang terlahir dalam keadaan Islam kemudian wafat dalam keadaan muslim lebih baik dari seorang kafir yang kemudian berislam adalah tidak tepat. Bahkan yang menjadi tolok ukur dalam hal ini adalah akhir kesudahan dari orang tersebut. Siapa di antara mereka yang lebih bertakwa kepada Allah di penghujung hidupnya, maka dialah yang lebih utama daripada yang lain. Sudah mafhum, bahwa golongan Muhajirin dan Anshar adalah mereka yang beriman kepada Allah dan rasul-Nya setelah memeluk kekafiran, meski demikian mereka lebih utama ketimbang anak-anak mereka atau orang lain yang terlahir dalam keadaan Islam.

بَلْ مَنْ عَرَفَ الشَّرَّ وَذَاقَهُ ثُمَّ عَرَفَ الْخَيْرَ وَذَاقَهُ فَقَدْ تَكُونُ مَعْرِفَتُهُ بِالْخَيْرِ وَمَحَبَّتُهُ لَهُ وَمَعْرِفَتُهُ بِالشَّرِّ وَبُغْضُهُ لَهُ أَكْمَلَ مِمَّنْ لَمْ يَعْرِفْ الْخَيْرَ وَالشَّرَّ وَيَذُقْهُمَا كَمَا ذَاقَهُمَا ؛ بَلْ مَنْ لَمْ يَعْرِفْ إلَّا الْخَيْرَ فَقَدْ يَأْتِيهِ الشَّرُّ فَلَا يَعْرِفُ أَنَّهُ شَرٌّ فَإِمَّا أَنْ يَقَعَ فِيهِ وَإِمَّا أَنْ لَا يُنْكِرَهُ كَمَا أَنْكَرَهُ الَّذِي عَرَفَهُ

Bahkan, seorang yang mengenal keburukan dan pernah melakukannya kemudian mengenal kebaikan dan melaksanakannya, terkadang pengenalan dan kecintaannya terhadap kebaikan serta pengenalan dan keburukannya terhadap keburukan, lebih sempurna daripada orang yang tidak mengetahui serta merasakan kebaikan dan keburukan (meski terlahir dalam keadaan Islam). Bahkan, seorang yang hanya mengenal kebaikan terkadang keburukan mendatanginya dan dia pun tidak tahu bahwa itu adalah keburukan. Dengan demikian, bisa jadi dia terjerumus ke dalam keburukan tersebut dan bisa jadi dia tidak mengingkarinya sebagaimana pengingkaran yang akan dilakukan oleh orang yang telah mengenalnya.

وَلِهَذَا قَالَ عُمَرُ بْنُ الْخَطَّابِ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ إنَّمَا تُنْقَضُ عُرَى الْإِسْلَامِ عُرْوَةً عُرْوَةً إذَا نَشَأَ فِي الْإِسْلَامِ مَنْ لَمْ يَعْرِفْ الْجَاهِلِيَّةَ . وَهُوَ كَمَا قَالَ عُمَرُ ؛ فَإِنَّ كَمَالَ الْإِسْلَامِ هُوَ بِالْأَمْرِ بِالْمَعْرُوفِ وَالنَّهْيِ عَنْ الْمُنْكَرِ وَتَمَامُ ذَلِكَ بِالْجِهَادِ فِي سَبِيلِ اللَّهِ وَمَنْ نَشَأَ فِي الْمَعْرُوفِ لَمْ يَعْرِفْ غَيْرَهُ فَقَدْ لَا يَكُونُ عِنْدَهُ مِنْ الْعِلْمِ بِالْمُنْكَرِ وَضَرَرِهِ مَا عِنْدَ مَنْ عَلِمَهُ وَلَا يَكُونُ عِنْدَهُ مِنْ الْجِهَادِ لِأَهْلِهِ مَا عِنْدَ الْخَبِيرِ بِهِمْ ؛ وَلِهَذَا يُوجَدُ الْخَبِيرُ بِالشَّرِّ وَأَسْبَابِهِ إذَا كَانَ حَسَنَ الْقَصْدِ عِنْدَهُ مِنْ الِاحْتِرَازِ عَنْهُ وَمَنْعِ أَهْلِهِ وَالْجِهَادِ لَهُمْ مَا لَيْسَ عِنْدَ غَيْرِهِ

Oleh karena itu ‘Umar ibnul Khaththab radhiallahu ‘anhu mengatakan, “Sesungguhnya ikatan Islam hanyalah terurai satu per satu apabila di dalam Islam tumbuh orang yang tidak mengetahui perkara jahiliyah.” Apa yang dikatakan ‘Umar ini benar adanya, karena kesempurnaan Islam adalah dengan memerintahkan manusia untuk berbuat kebajikan dan melarang mereka dari perbuatan yang mungkar (amar ma’ruf nahi mungkar), dan hal tersebut dapat terealisasi secara sempurna dengan berjihad di jalan Allah.

Seorang yang hanya tahu kebaikan dan tidak mengenal selainnya, terkadang tidak memiliki pengetahuan mengenai kemungkaran berikut bahaya yang akan ditimbulkannya, tidak seperti orang yang mengenal kemungkaran dan bahayanya. Demikian pula, orang tersebut tidak berjihad untuk keluarganya, seperti yang dilakukan oleh orang yang mengenal mereka. Oleh karena itu, dapat dijumpai seorang yang mengenal keburukan berserta penyebabnya, -jika dia bertujuan baik-, akan berupaya menjaga diri dan melarang keluarganya dari keburukan tersebut, serta berupaya keras bagi mereka (agar tidak melakukannya).

وَلِهَذَا كَانَ الصَّحَابَةُ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُمْ أَعْظَمَ إيمَانًا وَجِهَادًا مِمَّنْ بَعْدَهُمْ لِكَمَالِ مَعْرِفَتِهِمْ بِالْخَيْرِ وَالشَّرِّ وَكَمَالِ مَحَبَّتِهِمْ لِلْخَيْرِ وَبُغْضِهِمْ لِلشَّرِّ لِمَا عَلِمُوهُ مِنْ حُسْنِ حَالِ الْإِسْلَامِ وَالْإِيمَانِ وَالْعَمَلِ الصَّالِحِ وَقُبْحِ حَالِ الْكُفْرِ وَالْمَعَاصِي وَلِهَذَا يُوجَدُ مَنْ ذَاقَ الْفَقْرَ وَالْمَرَضَ وَالْخَوْفَ أَحْرَصَ عَلَى الْغِنَى وَالصِّحَّةِ وَالْأَمْنِ مِمَّنْ لَمْ يَذُقْ ذَلِكَ . وَلِهَذَا يُقَالُ : وَالضِّدُّ يُظْهِرُ حُسْنَهُ الضِّدُّ . وَيُقَالُ : وَبِضِدِّهَا تَتَبَيَّنُ الْأَشْيَاءُ. وَكَانَ عُمَرُ بْنُ الْخَطَّابِ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ يَقُولُ : لَسْتُ بِخَبِّ وَلَا يَخْدَعُنِي الْخَبُّ

Oleh karena itu, para sahabat radhiallahu ‘anhum memiliki keimanan dan jihad yang lebih besar daripada generasi setelahnya dikarenakan kesempurnaan pengetahuan mereka terhadap segala bentuk kebaikan dan keburukan; serta kesempurnaan cinta mereka terhadap kebaikan dan kebencian mereka terhadap keburukan. Mereka tahu indahnya Islam, iman, dan amal shalih; demikian juga, mereka tahu buruknya kekufuran dan kemaksiatan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar