“MBAK, jangan lupa kasih air putih kalau adek habis minum susu, ya,”
urai Riani kepada sang pengasuh sembari menyuapkan beberapa sendok air
putih kepada bayinya yang berusia 3 bulan.
Quote:Tahukah Moms, di balik kebiasaan memberikan air putih ternyata
tersimpan bahaya yang dapat mengancam si buah hati, utamanya bayi di
bawah usia 6 bulan.
ASI, Sudah Cukup!
Air putih bermanfaat bagi kesehatan anak-anak dan orang dewasa memang benar, tapi TIDAK untuk bayi.
“Pemberian air putih tidak disarankan, khususnya pada bayi usia < 6
bulan, karena kegunaannya tidak ada,” buka dr. Yulia Lukita Dewanti, M.
Ked. Ped, SpA dari RS Sari Asih Serang.
Quote:Pada bayi usia tersebut, pemberian ASI eksklusif tanpa
pemberian cairan lain sudah cukup memenuhi kebutuhan gizi bayi sesuai
dengan perkembangannya.
Secara alamiah, komposisi ASI –mengandung 88 persen air- yang diproduksi akan mencukupi kebutuhan cairan bayi.
Begitu pun dengan bayi yang minum susu formula, lebih dari 80 persen
komposisi susu formula adalah air. Mengingat tingginya kadar air dalam
ASI maupun susu formula, bayi kurang 6 bulan tak perlu diberikan
tambahan cairan lain apapun secara langsung –termasuk air putih, teh
manis, atau jus buah.
Artinya, bayi tidak akan kekurangan cairan sejauh bayi mendapatkan ASI
atau susu formula cukup setiap harinya. Bayi akan selalu ‘meminta’
ASI/susu formula bila ia merasa haus (on demand).
3 Alasan Air Putih Dilarang
Lantas, mengapa air putih tak baik diberikan pada bayi?
Code:
Ginjal Bisa Rusak
“Pada bayi berusia kurang dari 6 bulan, semua organnya belum berfungsi
laiknya orang normal pada umumnya. Nah, organ yang langsung berhubungan
dengan metabolisme cairan adalah ginjal. Jika bayi diberi banyak air
putih, maka ginjal yang belum siap menyaring –kecuali ASI- ini dapat
rusak,” papar dokter penyuka novel ini.
Ya, ginjal bayi belum mampu mengeluarkan air dengan cepat, sehingga
dapat menyebabkan timbunan air dalam tubuh yang dapat membahayakan bayi
(keracunan air).
Code:
Keracunan air
Kelebihan air di atas akan menyebabkan kandungan elektrolit dalam darah
menjadi tidak seimbang, misalnya sodium (natrium). Kelebihan cairan
tersebut akan melarutkan sodium dalam darah dan akan dikeluarkan tubuh,
sehingga kadar sodium menjadi rendah yang dapat memengaruhi aktivitas
otak.
Awalnya ditandai dengan iritabilitas (merengek-rengek), mengantuk dan
gejala penurunan kesadaran lainnya yang kadang luput dari kewaspadaan
orangtua. Gejala lainnya adalah penurunan suhu tubuh, bengkak di sekitar
wajah dan jika dibiarkan dapat menjadi kejang.
Jika si kecil sampai mengalami kejang, kemungkinan terjadi gangguan
perkembangan di masa depannya namun bergantung pada frekuensi dan durasi
kejang tersebut terjadi.
Code:
Kebutuhan gizi tidak terpenuhi
Selain keracunan air, memberikan air putih setiap kali bayi menangis
adalah salah. Bayi yang menangis tidak selalu berarti lapar. Bisa saja
ia BAK (Buang Air Kecil), BAB (Buang Air Besar), kurang nyaman, sakit
atau lainnya.
Quote:Bayi yang diberikan air setiap ia menangis akan menjadi
kenyang. Sehingga keinginan bayi untuk menyusu akan menurun. Akibatnya,
asupan gizi dalam tubuh menurun pula.
Padahal tiga tahun pertama adalah golden period (masa keemasan) untuk
pertumbuhan dan perkembangan anak di masa depan dan sangat bergantung
pada asupan gizinya saat itu. Oleh karena itu, Moms harus mengonsumsi
makanan yang bergizi agar kualitas ASI terjaga.
Diare, Tetap Berikan ASI
Bagaimana bila bayiku diare, apa boleh diberikan air putih? “Untuk bayi
usia kurang dari 6 bulan, tetap berikan ASI saja. Memang, kebutuhan akan
cairan saat diare akan meningkat, namun pemberian ASI cukup untuk
memenuhi kebutuhan tersebut. Semakin sering si ibu menyusui maka semakin
banyak pula ASI yang diproduksi, sehingga Ibu tidak perlu khawatir
ASI-nya tidak cukup,” saran dr Yulia.
Ingat, kandungan ASI sudah lengkap, termasuk kandungan elektrolitnya.
Sehingga, pemberian cairan elektrolit khusus bayi tetap tidak
disarankan.
Boleh Diperkenalkan lebih dari 6 Bulan
Pemberian air putih mulai dapat dilakukan saat bayi memasuki usia di
atas 6 bulan, dimana MPASI (Makanan Pendamping ASI) mulai diperkenalkan.
Selain itu pada usia lebih dari 6 bulan, organ bayi dianggap ‘siap’
untuk mencerna makanan dan minuman selain ASI.
Selain itu, ada beberapa penelitian menyebutkan bahwa pada kasus
tertentu -seperti cuaca panas atau konstipasi- pemberian air pada bayi
diperbolehkan.
Namun, pemberian air itu cukup berkisar satu sendok makan setiap
pemberiannya. Sebaiknya, gunakan sendok, bukan dot/botol guna
menghindari kehilangan kontrol berapa banyak air putih yang sudah
diminum bayi, jangan sampai kebanyakan.
Misalnya yang terjadi di John Hopkins Children’ Center, sebuah rumah
sakit di Amerika, seperti dikutip dari situsnya. Pada musim panas,
banyak bayi yang dibawa ke ruang gawat darurat oleh orangtua yang panik
karena bayi mereka kejang. Belakangan diketahui bahwa hal itu disebabkan
oleh asupan air putih yang terlalu banyak.
Hmm, Anda tak mau hal itu terjadi pada si kecil, bukan?
Air Tajin, Tak Dianjurkan!
Pemberian air tajin (air rebusan beras) masih jamak ditemukan di
masyarakat. Menyikapi hal ini, dr Yulia menegaskan bahwa air tajin tetap
tidak dianjurkan untuk diberikan pada bayi usia kurang dari 6 bulan.
Banyak ibu-ibu memberikan air tajin bila anaknya terserang diare guna
mengatasi dehidrasi. Banyak pula yang mencampurkan air tajin pada
makanan bayinya saat si kecil berusia lebih dari 6 bulan.
Dikatakan dr. Yulia, komposisi air tajin tidak lain hanyalah
karbohidrat. Memang, air tajin lebih baik dibandingkan dengan air putih
yang tidak mengandung zat gizi dan hanya beberapa jenis elektrolit.
Walau begitu, bagi bayi lebih dari 6 bulan yang selalu diberikan air
tajin, yang akan terpenuhi hanyalah kebutuhan karbohidratnya. Hasilnya,
bayi bisa menjadi gemuk tanpa ada ‘isi’nya. Untuk menunjang pertumbuhan
dan perkembangan anak, yang dibutuhkan bukanlah karbohidrat saja.
Protein, lemak, serat, zat gizi makro dan mikro pun berperan penting.
Jadi, bijaklah dalam memilih makanan/minuman untuk dikonsumsi si kecil
dalam masa tumbuh kembang-nya. (Sumber: Tabloid Mom/Kiddie)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar