VIVAnews - Diktator Nazi, Adolf Hitler adalah personifikasi kejahatan.
Dia bertanggung jawab atas kehancuran dalam Perang Dunia II, pembunuhan
massal, juga sebagai arsitek Holocaust.
Namun,
ada pertanyaan besar terkait sosok Sang Fuhrer. Bagaimana bisa seorang
veterang Perang Dunia I, berpangkat rendah, tak berpendidikan tinggi,
tanpa harta, bisa jadi salah satu tiran terkuat di dunia hanya dalam
jangka waktu 15 tahun?
Apa juga yang mengubah seniman kelas dua
itu menjadi lalim, mampu bertindak kejam? Lalu, Kekuatan apa yang
membuat Adolf Hitler mampu menghipnotis orang lain untuk mematuhi segala
keinginannya?
Pengarang, Claus Hant -- yang menghabiskan 15
tahun untuk meneliti kehidupan Hitler di masa muda, menyajikan teorinya
dalam buku terbarunya 'Young Hitler' atau 'Hitler Muda'
****
Sebenarnya,
tak ada yang istimewa di masa awal kehidupan Hitler. Dia dilahirkan di
Austria dalam keluarga miskin, dengan ayah pemabuk yang sering
memukulnya. (wm)
Hitler keluar dari rumah dan menetap di Wina
pada 1908, berusaha merintis jalan menjadi seniman. Saat itu dia dikenal
eksentrik tapi juga membosankan.
Pada 1924 Hitler bergabung
dengan resimen Bavaria Angkatan Darat Jerman. Insiden terjadi pada 14
Oktober 1918, di Werwicq di Belgia, Hitler yang saat itu berpangkat
Kopral dan rekan-rekannya menjadi korban serangan gas beracun.
Akibatnya,
Hitler harus menjalani perawatan di Rumah Sakit Lapangan Bayern No 53
di Qudenaarde dekat Brussels. Namun, dokter di sana menolak mengobati
Hitler. Sebab, Hitler menderita kelainan syaraf yang diakibatkan perang
-- dimana seorang tentara tak mampu mengatasi beban mental akibat
berperang di garis depan. Dengan kondisi seperti itu, Hitler tak boleh
disatukan dengan prajurit lain yang hanya mengalami luka fisik.
Hitler lalu harus menempuh perjalanan 600 mil ke sebuah rumah sakit jiwa kecil di Pasewalk, di perbatasan Jerman dan Polandia.
"Insiden
ini adalah salah satu kunci dalam buku saya 'Young Hitler'. Ini adalah
masa-masa paling berpengaruh dalam hidup Hitler -- sekaligus menjelaskan
apa yang mendorongnya jadi orang gila," kata Hant, seperti dimuat laman
Express.com, Rabu 5 Mei 2010.
Hant yakin, Hitler mengalami perubahan kepribadian yang dramatis pasca insiden gas beracun itu.
"Saat
itu Hitler diperiksa seorang psikiater, Dr Edmund Forster. Hitler
didiagnosis menderita kelainan jiwa, 'psikopat dengan gejala histeris'."
Hitler tinggal di rumah sakit itu selama sebulan, di sana dia menjalani terapi hipnosis, juga kemungkinan diterapi listrik.
Masih
jadi perdebatan, apakah metamorfosis Hitler dari orang baisa menjadi
tiran, dipicu pengobatan, pukulan hebat di garis depan, efek gas
beracun, atau kombinasi dari itu. Namun, kata Hant, efek gas beracun
yang dialami Hitler adalah yang paling masuk akal mempengaruhi otaknya.
"Hitler
yang rasis, anti-Semit, menentang demokrasi, dan cintanya yang
berlebihan, sudah ada sebelum dia dirawat di Pasewalk. Juga sifatnya
yang temperamental, keinginan untuk balas dendam, delusi sebagai orang
jenius dan kepastian bahwa takdir Tuhan ada di pihaknya," kata Hant.
Namun,
Pasca pengobatan di rumah sakit jiwa, keyakinan Hitler bahwa dia
jenius, bahwa dia pilihan Tuhan, menjadi sesuatu yang nyata baginya.
Hitler pernah mengaku dia dikunjungi oleh 'utusan Tuhan' yang mengatakan bahwa dia ditakdirkan menjadi penyelamat Jerman.
Dia
bahkan mengidentikkan dirinya dengan Yesus Kristus. Pada perayaan Natal
tahun 1926, ia berkata: "Pekerjaan yang telah dimulai Kristus tetapi
tidak mampu diselesaikan, akan dilengkapi [Hitler]."
Dalam
pidatonya yang lain, Hitler mengaku dia harus disalib jika tidak
memenuhi kewajibannya. Semakin sukses, Hitler makin yakin bahwa dia
adalah instrumen takdir.
"Orang-orang Jerman," kata dia di tahun 1936, "Aku telah mengajarimu iman, sekarang Anda menaruh kepercayaan pada saya."
Fakta
bahwa dia pernah dirawat di sebuah rumah sakit jiwa saat itu akan
menghancurkan karir politiknya yang masih muda. Ini jadi titik lemah
Hitler.
Namun, Hitler punya cara untuk mengatasinya. Lawan-lawan
yang ingin memanfaatkan rahasia itu satu persatu dihabisi. Demikian juga
dokter yang pernah merawatnya.
Pada tanggal 1 September 1933, Dr
Forster diskors dari klinik tempat dia bekerja dan pada tanggal 11
September, setelah interogasi oleh Gestapo, istrinya menemukan dia
meninggal di kamar mandi.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar