Allah SWT menegaskan dalam firman-Nya:
“Katakanlah (Muhammad), ‘Seandainya lautan menjadi tinta untuk
(menulis) kalimat-kalimat Tuhanku, maka pasti habislah lautan itu
sebelum selesai (penulisan) kalimat-kalimat Tuhanku, meskipun Kami
datangkan tambahan sebanyak itu (pula)” (Al-Kahfi:109).
Di surat Al-kahfi tersebut jelas tertulis bahwa sains dan teknologi
yang dikuasai oleh manusia bukanlah sesuatu yang besar sepertihalnya
yang pernah diagung-agungkan manusia. Hingga seberapa kuat dan pandainya
manusia memikirkan apa yang diciptakan oleh Allah SWT, maka tetap
dipenghujung urat syaraf ini akan ditemui sebuah jalan buntu. Cerita
berikut ini tentu saja akan mengubah pola pandang pikiran Anda yang
selama ini telah terdoktrin dengan ilmu-ilmu dan penemu dari Barat.
Sebuah pameran yang diadakan di Malaysia awal tahun ini membuka tabir
bagaimana hebatnya para penemu Islam dalam mempelopori perkembangan
ilmu pengetahuan. Di dasari pemikiran bahwa tidak ada ilmu selain
bersumber dari Allah dan hanya sedikit pengetahuan yang dimiliki oleh
manusia ini, tersirat berbagai revolusi dan inovasi yang berhasil dibuat
pada masa keemasan Islam.
Berbagai hasil karya berhasil dikoleksi dan ditemukan sedikitnya
sebanyak 148 replika dihasilkan oleh para pemikir dan ilmuwan Islam.
Replika tersebut antara lain berupa instrumen peralatan dan poster.
Kesemuanya itu pada Januari 2007 lalu dipajang di Pusat Konvensyen Kuala
Lumpur (KLCC), Malaysia. Ilmu-ilmu dan hasil karya ratusan abad silam
ini hingga sekarang dijadikan sebagai dasar pengetahuan ilmu-ilmu baru.
Contoh nyata paling rumit, detail dan bagaimana pandainya para
ilmuwan Islam masa lalu ini adalah seperti karya arsitektur yangterdapat
pada ubin-ubin di masjid Timur Tengah. Hingga puluhan tahun
diperhitungan baru pada tahun ini karya seni yang sudah ratusan tahun
selalu dibuat dan tanpa kesalahan pengulangan tersebut berhasil
dipecahkan oleh ilmuwan saat ini dengan hitungan matematis.
Dr. Fuat Sezgin yang juga Pengarah dan Pengasas Institut Sejarah
Sains Arab-Islam, Universiti Johann Wolfgang, Goethe, Frankfurt, Jerman,
mengatakan bahwa kehebatan ilmuwan Islam ratusan abad silam adalah
kehebatan yang tidak ternilai. Pada abad kegemilangan Islam banyak
orang-orang Eropa yang belajar untuk menuntut ilmu di berbagai cabang
pengetahuan dari para pakar Islam. Tetapi setelah zaman kegelapan datang
banyak pula hasil-hasil ilmuwan tersebut yang juga diselewengkan dan
kemudian disebarluaskan dengan informasi yang salah secara meluas.
Ia memberi contoh seperti Al-Razi, adalah ilmuwan terkemuka yang
menjadi penemu teknik jahit luka. Ilmuwan kelahiran Iran tersebut tidak
sangat terkenal dibandingkan dengan Ibnu Sina yang sebenarnya adalah
muridnya. Tokoh ilmuwan Islam ini yang sebenarnya bernama Muhammad bin
Zakaria juga terkenal tidak tertandingi pada masanya ditahun 240
Hijriah/854 Masehi. Di dunia pengobatan ia sangat pandai meramu,
mengenali dan menemukan obat. Al-Razi selain menjadi orang pertama yang
membuat jahitan dengan benang terbuat dari serat juga dikenal sebagai
orang pertama yang berhasil membedakan antara penyakit cacar dengan
campak.
Peta Dunia Pertama oleh Kaum Muslimin
Jika Anda ditanya siapa penemu benua Amerika? Tentu jawaban yang
terlintas adalah Columbus. Pria penjelajah dari Spanyol yang lahir di
tahun 1451 dan memiliki nama lengkap Christopher Columbus ini oleh para
siswa dan guru sangat dikenal sebagai pelaut dan pedagang yang pertama
kali menemukan benua tersebut. Namun apakah itu benar? Ternyata tidak.
Catatan berbagai sejarah dan penemuan-penemuan yang berhasil
dikumpulkan oleh para sejarahwan terungkap bahwa telah banyak
orang-orang yang berprofesi sama dari Negeri Eropa juga pernah
mengekspansi dagangannya ke benua tersebut. banyak sejahrawan pula yang
berdebat bahwa para pedagang dari Negeri Chinalah yang pertama kali
mendaratkan kakinya di benua Paman Sam tersebut pada abad ke-11.
Namun terlepas dari bukti-bukti dan perdebatan yang panjang, tahukah
Anda bagimana mereka bisa berjalan-jalan dan menyeberangi lautan yang
maha luas tersebut. Jawaban sederhananya tentu saja dengan berbekal peta
dan penunjuk arah mereka bisa menyeberangi lautan. Dari perjalanan
mereka tersebut maka tersingkaplah peta-peta yang terus berevolusi
berdasarkan pengamatan para pelaut yang terus turun temurun. Dan untuk
pertama kalinya peta dunia terlengkap dibuat pada tahun 1513.
Adalah karya seorang pelaut Piri Reis yang membuat para peneliti dan
sejahrawan terkagum-kagum. Tidak hanya kagum dengan bagimana hasil
pemetaan tersebut dapat digambarkan, akan tetapi para ahli satelit
sendiri pun merasa terkejut dengan model pemetaan yang dibuat oleh tokoh
Muslimin tersebut.
Bagimana tidak, peta yang dibuat diatas sepotong kulit rusa berukuran
90×65 centimeter tersebut benar-benar digambarkan lengkap dan cukup
detail. Bahkan hasil perbandingan dengan pemotretan dari angkasa luar
yang dilakukan menggunakan satelit saat ini memiliki bentuk yang sangat
mirip.
Mulanya para sejahrawan tidak percaya akan bukti keberadaan peta
tersebut. Di peta yang terlihat jelas hanyalah kawasan Laut Timur
Tengah. Sementara kawasan lainnya seperti benua Afrika dan Amerika sama
sekali tergambar sangat berbeda. Baru setelah gambar hasil pemotretan
satelit jaman modern ini dipadukan dengan peta kuno karya muslimin
bangsa Turki tersebut sangat nyata kebenarannya bahwa gambar yang
ditorehkan dalam kulit tersebut memang sangat detail dan terperinci.
Penemuan kuno tersebut memberikan bukti bahwa memang ilmu kemajuan
jaman dahulu sudah sangat maju dalam bidang astronomi. Entah bisa
disangkal atau tidak akan tetapi bukti-bukti lain beserta keajaiban
dunia yang ditinggalkan masa pemerintahan masa lalu menunjukkan bahwa
ilmuwan pada masa itu menguasai ilmu pengetahuan dengan sangat baik dan
bisa menyamai peralatan canggih yang dimiliki oleh manusia jaman modern
saat ini.
Meski sejahrawan masa sekarang tidak mengetahui bagaimana Piri Reis
bisa menggambarkan peta dunia tersebut dengan sangat akurat, namun Piri
Reis mengungkapkan semasa hidupnya bahwa peta tersebut berhasil ia buat
dari penyatuan beberapa peta yang dibuat oleh para pelancong dari
berbagai negara. Ia menyebutkan menggunakan 34 sumber yang berbeda.
Karya tersebut berasal dari jaman Alexander sebanyak 20 peta, 8 peta
dari karya ahli geografi Muslim, 4 peta dari Portugis dan 1 peta dari
Columbus.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar