Gosip, layaknya sesuatu yang mudah ditemui. Satu rahasia yang
semestinya tersimpan rapi pun begitu mudah dibongkar melalui jalan ini.
Tak hanya diminati oleh kaum ibu, anak-anak pun banyak menggemarinya.
Tatkala duduk-duduk bersama teman, tak jarang berbagai obrolan meluncur
tanpa terasa. Sampai hal yang semestinya tak disampaikan pun akhirnya
terungkap. Terkadang disertai bumbu, “Ssst… tapi jangan bilang
siapa-siapa, ya! Ini rahasia!”
Hal tercela yang dianggap biasa. Orangtua yang mendengar atau
menyaksikan anak-anaknya melakukan seperti ini pun tak bereaksi.
Wallahul musta’an …
Padahal tidak demikian yang ada dalam kehidupan para pendahulu kita
yang shalih. Mereka begitu kukuh memegang sesuatu yang disebut rahasia.
Barangkali perlu kita lihat, bagaimana putri Rasulullah n, Fathimah x
memegang rahasia sang ayah, sampai waktunya dia bisa mengungkapkannya.
Aisyah x mengisahkan:
أَقْبَلَتْ فَاطِمَةُ تَمْشِي كَأَنَّ مِشْيَتَهَا مَشْيُ النَّبِيِّ،
فَقَالَ النَّبِيُّ: مَرْحَبًا يَا ابْنَتِي، ثُمَّ أَجْلَسَهَا عَنْ
يَمِيْنِهِ -أَوْ عَنْ شِمَالِهِ- ثُمَّ أَسَرَّ إِلَيْهَا حَدِيْثًا
فَبَكَتْ، فَقُلْتُ لَهَا: لـِمَ تَبْكِيْنَ؟ ثُمَّ أَسَرَّ إِلَيْهَا
حَدِيْثًا فَضَحِكَتْ، فَقُلْتُ: مَا رَأَيْتُ كَالْيَوْمِ فَرَحًا
أَقْرَبَ مِنْ حُزْنٍ، فَسَأَلْتُهَا عَمَّا قَالَ. فَقَالَتْ: مَا كُنْتُ
لِأُفْشِيَ