Jumat, 19 Agustus 2011

Penta Boyz

Penta Boyz, grup musik acapella berasal dari Jakarta yang digawangi lima personel membuktikan bahwa akapela mampu bersaing dengan musik band. Penampilan mereka yang hanya mengandalkan suara mulut itu ternyata mampu membuat penonton terpana menyaksikan keterampilan masing-masing personel memadukannya menjadi musik yang harmoni.
Kelima personel Penta Boyz itu adalah Armando Zidane yang dipercaya membuat suara bas, Marta Dinata (bariton), Indra Gunawan (sopran), Joka Tatarang (bariton), dan Ronie Harvey M. (tenor).
Kehebatan mereka dalam beracapella ternyata tidak hanya terfokus pada satu aliran musik, karena lagu “Sepasang Mata Bola” karya Ismail Marzuki yang beraliran keroncong pun dilahapnya dengan manis. Belum puas dengan pop dan keroncong, mereka kemudian menjajal lagu “Kopi Dangdut” beraliran dangdut kental, dan lagu itu juga dimainkannya dengan sangat baik yang disambut dengan tepuk tangan penonton.
Menurut Armando, salah satu personel Penta Boyz, masyarakat Indonesia sepertinya belum terlalu akrab dengan jenis musik tersebut, sebab musik band memang lebih banyak tampil dan dikenal.
“Di luar negeri, musik ini justru banyak diminati, karena kami juga pernah mengikuti ajang perlombaan akapela tingkat dunia di Rumania dan tampil sebagai juara,” kata personel yang dipercaya menghasilkan suara bas itu.

Perlombaan acapella tingkat dunia itu bertajuk “Golden Stag International Song” di Bucharest 2001 yang diikuti sekitar 23 negara, dan mereka mengaku awalnya hanya sekadar coba-coba dengan mengirimkan demo rekaman.
Penta Boyz adalah grup acapella pertama yang menggelar konser tunggal di Melbourne Recital Centre, Australia pada 2009 lalu. Bahkan juga merupakan grup acapella pertama yang dianggap pantas untuk tampil di Istana Negara di hadapan presiden.
“Kami sebenarnya lebih fokus dengan musik-musik daerah, karena ingin memperkenalkan keanekaragaman budaya yang ada di Indonesia, seperti lagu ‘Suwe Ora Jamu’ yang kami bawakan tadi,” katanya.
Terkait aliran musik yang mereka mainkan selama ini, ia mengatakan, Penta Boyz memang tidak terpaku pada aliran musik tertentu dan semuanya dimainkan, meskipun awalnya sempat kesulitan.
“Misalnya, bagaimana menciptakan suara gamelan atau kendang, awalnya memang sulit, namun kami terus berlatih dan akhirnya berhasil,” kata Armando diamini personel lainnya.
Jaya Suprana mengaku dirinya tertarik dengan talenta Penta Boyz berawal saat melihatnya tampil di sebuah hotel di Jakarta sekitar Desember 2007 lalu.
“Bagi saya, sehebat-hebat alat musik jenis apapun, itu masih buatan manusia, namun seburuk-buruk suara yang dihasilkan manusia, itu adalah hasil ciptaan Tuhan,” kata Jaya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar