Penta
Boyz, grup musik acapella berasal dari Jakarta yang digawangi lima
personel membuktikan bahwa akapela mampu bersaing dengan musik band.
Penampilan mereka yang hanya mengandalkan suara mulut itu ternyata mampu
membuat penonton terpana menyaksikan keterampilan masing-masing
personel memadukannya menjadi musik yang harmoni.
Kelima personel Penta Boyz itu adalah Armando Zidane yang dipercaya
membuat suara bas, Marta Dinata (bariton), Indra Gunawan (sopran), Joka
Tatarang (bariton), dan Ronie Harvey M. (tenor).
Kehebatan mereka dalam beracapella ternyata tidak hanya terfokus pada
satu aliran musik, karena lagu “Sepasang Mata Bola” karya Ismail
Marzuki yang beraliran keroncong pun dilahapnya dengan manis. Belum puas
dengan pop dan keroncong, mereka kemudian menjajal lagu “Kopi Dangdut”
beraliran dangdut kental, dan lagu itu juga dimainkannya dengan sangat
baik yang disambut dengan tepuk tangan penonton.
Menurut Armando, salah satu personel Penta Boyz, masyarakat Indonesia
sepertinya belum terlalu akrab dengan jenis musik tersebut, sebab musik
band memang lebih banyak tampil dan dikenal.
“Di luar negeri, musik ini justru banyak diminati, karena kami
juga pernah mengikuti ajang perlombaan akapela tingkat dunia di Rumania
dan tampil sebagai juara,” kata personel yang dipercaya menghasilkan suara bas itu.
Perlombaan acapella tingkat dunia itu bertajuk “Golden Stag
International Song” di Bucharest 2001 yang diikuti sekitar 23 negara,
dan mereka mengaku awalnya hanya sekadar coba-coba dengan mengirimkan
demo rekaman.
Penta Boyz adalah grup acapella pertama yang menggelar konser tunggal
di Melbourne Recital Centre, Australia pada 2009 lalu. Bahkan juga
merupakan grup acapella pertama yang dianggap pantas untuk tampil di
Istana Negara di hadapan presiden.
“Kami sebenarnya lebih fokus dengan musik-musik daerah, karena
ingin memperkenalkan keanekaragaman budaya yang ada di Indonesia,
seperti lagu ‘Suwe Ora Jamu’ yang kami bawakan tadi,” katanya.
Terkait aliran musik yang mereka mainkan selama ini, ia mengatakan,
Penta Boyz memang tidak terpaku pada aliran musik tertentu dan semuanya
dimainkan, meskipun awalnya sempat kesulitan.
“Misalnya, bagaimana menciptakan suara gamelan atau kendang,
awalnya memang sulit, namun kami terus berlatih dan akhirnya berhasil,” kata Armando diamini personel lainnya.
Jaya Suprana mengaku dirinya tertarik dengan talenta Penta Boyz
berawal saat melihatnya tampil di sebuah hotel di Jakarta sekitar
Desember 2007 lalu.
“Bagi saya, sehebat-hebat alat musik jenis apapun, itu masih
buatan manusia, namun seburuk-buruk suara yang dihasilkan manusia, itu
adalah hasil ciptaan Tuhan,” kata Jaya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar